Polemik Miras Lokal NTT: Operasi Penertiban Distop, Moke & Sopi Didorong Jadi Warisan Budaya

Minuman keras lokal seperti Moke dan Sopi adalah bagian penting dari tradisi dan identitas masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun, dalam beberapa waktu terakhir, dua isu besar membuat posisi miras tradisional ini kembali menjadi sorotan nasional: 1. keputusan Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena menghentikan sementara operasi penertiban miras ilegal, dan 2. dorongan Menteri Kebudayaan Fadli Zon untuk mendaftarkan Moke dan Sopi sebagai Warisan Budaya Indonesia . Dua isu ini menimbulkan diskusi besar di NTT dan nasional, terutama terkait hubungan antara budaya, keamanan, dan regulasi negara. Moke dan Sopi bukan hanya minuman, tetapi juga simbol peradaban, tradisi, dan nilai luhur masyarakat NTT. Namun, penindakan miras ilegal juga dilakukan pemerintah sebagai upaya mengurangi kriminalitas. Artikel ini mengulas lengkap peristiwa, dampaknya, serta arah kebijakan pemerintah dilengkapi dengan sumber kutipan resmi. Baca juga:   Labuan Bajo Masuk Daftar “The Best Places to Go...

Bjorka Kembali Beraksi! Setelah Retas Data Polri, Kini Klaim 128 Juta Data SIM Card Bocor


JakartaDunia digital Indonesia kembali diguncang. Nama Bjorka, sosok misterius yang dikenal sebagai peretas paling populer di Indonesia, muncul lagi dengan klaim mengejutkan. Setelah sebelumnya dikaitkan dengan kebocoran data Polri, kini ia mengaku memiliki 128.293.821 data registrasi kartu SIM warga Indonesia.

Dalam unggahan di forum gelap, Bjorka memamerkan tangkapan layar berisi file berformat .SQL yang disebut memuat NIK, nomor telepon, operator, dan tanggal registrasi.

Kabar ini sontak membuat publik geger dan kembali mempertanyakan keamanan data pribadi di tanah air.

Sebelumnya: Bjorka Retas Data Polri

Beberapa waktu lalu, Bjorka telah lebih dulu menyerang sistem Polri dan membocorkan data internal milik personel kepolisian.

Aksi itu dilakukan setelah muncul akun yang disebut “Bjorka palsu.”

Sebagai bentuk pembuktian, Bjorka yang asli meretas data sensitif milik aparat penegak hukum, termasuk nama, pangkat, NRP, dan kontak pribadi.

Insiden tersebut memicu investigasi besar oleh Mabes Polri dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

Namun hingga kini, belum ada pernyataan resmi mengenai bagaimana data tersebut bisa bocor, serta dari sistem mana kebocoran terjadi.

Kasus itu seolah menjadi peringatan awal sebelum terjadinya kebocoran data yang lebih besar, seperti pada kasus SIM Card ini.

128 Juta Data SIM Card Diduga Bocor

Beberapa pekan setelah peretasan data Polri, Bjorka kembali menebar teror digital.

Ia mengaku telah mengumpulkan lebih dari 128 juta data registrasi kartu SIM dari seluruh Indonesia.

File yang diunggah diklaim berisi data yang sangat sensitif:

  1. Nomor Induk Kependudukan (NIK)
  2. Nomor telepon pengguna
  3. Operator penyedia layanan
  4. Tanggal registrasi kartu
  5. Nomor seri SIM Card

Jika benar, maka hampir seluruh pengguna ponsel di Indonesia berpotensi terdampak.

Bjorka bahkan menulis bahwa data tersebut “tersedia untuk siapa pun yang berani membayar mahal.”

Respons Publik dan Pakar Keamanan Siber

Lembaga CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) menilai kasus ini sangat serius.

Data registrasi SIM bersifat highly personal, karena NIK dan nomor ponsel sering digunakan untuk login dan verifikasi berbagai layanan digital.

Menurut pakar, kebocoran semacam ini bisa menyebabkan phishing, penipuan berbasis OTP, dan pencurian identitas digital.

Jika pelaku kejahatan memegang kombinasi NIK dan nomor telepon, mereka dapat menembus sistem keamanan berbasis SMS yang digunakan oleh bank dan aplikasi publik.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sendiri belum memberikan konfirmasi resmi atas klaim tersebut.

Operator telekomunikasi pun masih memeriksa apakah data yang dimaksud benar berasal dari sistem mereka.

Jejak Bjorka di Dunia Siber


Nama Bjorka bukan baru kali ini terdengar.

Sejak 2022, ia beberapa kali mengaku membobol database besar di Indonesia, di antaranya:

1. Data Registrasi SIM (2022) – 1,3 miliar data diduga bocor.

2. Data KPU dan MyPertamina – Sempat viral di forum gelap.

3. Data Polri (2025) – Kebocoran data internal aparat.

4. Data SIM Card (2025) – 128 juta data pribadi terbaru.

Pola ini menunjukkan bahwa infrastruktur keamanan siber nasional belum solid.

Setiap tahun muncul kasus baru, dan sebagian besar tidak ditindaklanjuti secara transparan kepada publik.

Dampak Kebocoran Data

Kebocoran data SIM Card bukan sekadar insiden digital, tetapi ancaman terhadap privasi warga.

Berikut tiga dampak utamanya:


1. Penyalahgunaan Identitas.

Data NIK dan nomor telepon bisa dipakai untuk mendaftar pinjaman online atau membuat akun palsu.

2. Penipuan OTP dan Phishing.

Dengan nomor dan identitas korban, pelaku mudah menipu lewat SMS atau WhatsApp.

3. Perdagangan Data di Dark Web.

Data pribadi dijual dan dipakai untuk kejahatan siber lintas negara.

Kondisi ini membuktikan bahwa data pribadi adalah aset berharga yang perlu dijaga sebaik mungkin.

Mengapa Indonesia Rentan Diretas

Pakar menilai ada empat penyebab utama lemahnya keamanan siber nasional:

Sistem penyimpanan data yang terfragmentasi dan tidak terenkripsi secara penuh.

  1. Kurangnya tenaga ahli keamanan digital di lembaga publik.
  2. Minimnya audit keamanan rutin dan standar internasional.
  3. Lemahnya kesadaran masyarakat terhadap privasi digital.

Padahal, sejak 2022 Indonesia sudah memiliki UU Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP).

Namun implementasi dan penegakannya masih jauh dari ideal.

Langkah Pencegahan untuk Masyarakat

Sebagai pengguna layanan digital, kita tidak boleh pasif.

Berikut langkah yang bisa dilakukan agar tidak menjadi korban:

1. Gunakan verifikasi dua langkah (2FA) berbasis aplikasi, bukan SMS.

2. Jangan bagikan kode OTP ke siapa pun.

3. Gunakan password unik dan ubah secara berkala.

4. Aktifkan PIN tambahan pada akun operator seluler.

5. Waspadai link dan pesan mencurigakan.

6. Jangan unggah foto KTP atau KK di media sosial.


Langkah sederhana ini bisa mengurangi risiko penyalahgunaan data pribadi secara signifikan.

Kebutuhan Mendesak: Reformasi Keamanan Siber

Kasus Bjorka ini seharusnya menjadi titik balik bagi pemerintah untuk memperkuat perlindungan data warga.

Beberapa langkah penting perlu dilakukan segera:

  1. Membentuk pusat keamanan siber nasional yang kuat dan terkoordinasi.
  2. Mewajibkan audit keamanan untuk semua lembaga pengelola data.
  3. Menetapkan sanksi tegas terhadap kelalaian pengelolaan data publik.
  4. Mendorong edukasi literasi digital bagi masyarakat.

Keamanan data bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi tanggung jawab kolektif seluruh elemen bangsa.

Antara Hacker dan Peringatan Digital

Apapun motif Bjorka apakah untuk unjuk kemampuan, protes sosial, atau sindiran terhadap lemahnya sistem pesannya jelas: data warga Indonesia tidak aman.

Dari peretasan data Polri hingga SIM Card, pola yang muncul selalu sama: sistem digital kita masih memiliki banyak celah.

Keamanan data bukan hanya soal teknologi, tetapi soal kedaulatan nasional dan kepercayaan publik.

Sekali data bocor, nilainya bisa dimanipulasi, dijual, dan dimanfaatkan tanpa batas.





Kasus Bjorka adalah cermin bahwa Indonesia masih berada dalam masa “belajar” menghadapi dunia digital yang kompleks.

Data pribadi sudah menjadi “emas baru” di era modern.

Kita harus sadar bahwa melindungi data berarti melindungi identitas, reputasi, dan keamanan masa depan.


Kini, yang dibutuhkan bukan sekadar reaksi sesaat, tapi perubahan sistemik dan budaya keamanan digital yang nyata.

Karena di era digital, yang paling berharga bukan sekadar harta — tetapi data.


Postingan populer dari blog ini

BSU Oktober 2025 Cair? Begini Cara Cek Nama Penerima Lewat HP di Situs Resmi

Harga Smartphone Flagship September 2025 di Indonesia: iPhone 17, Samsung S26, dan Google Pixel 10 Turun Harga?

Bocoran iPhone 17e & iPhone 17 Series: Harga, Spesifikasi, dan Tips Membeli

Panduan Memilih iPhone Terbaik 2025: iPhone 15, 14, 13, dan SE, Mana yang Paling Cocok?

Samsung Galaxy A17 5G: Ponsel 5G Murah Samsung Kini Lebih Premium

Huawei MatePad Air 2025, MatePad 12 X, dan MatePad 11.5 Resmi Dirilis: Spesifikasi, Fitur, dan Harga

Telkomsel, IOH & XLSmart: Menguatkan Keamanan Ekosistem Digital lewat Telco API Alliance

iPhone 17 Pro Max: Revolusi Kamera Telefoto yang Siap Mengubah Standar Smartphone

Samsung Galaxy Event 4 September 2025: Galaxy S25 FE dan Tab S11 Jadi Sorotan Utama

Coinfest Asia 2025 Resmi Dibuka di Bali: Festival Kripto Terbesar Asia Mengusung Kolaborasi AI, Web3, dan Blockchain